Hello!!! Kembali lagi nih di postingan geofisika bareng kita, setelah di postingan sebelumnya kita membahas metode seismik secara umum, kali ini kita bakal memberikan penerapan dalam metode metode seismik refraksi yang akuisisi nya telah dilakukan di Kabupaten Pesawaran beberapa waktu lalu lho. Penasaran? Simak sampai habis yaa!
I. Pendahuluan
Seismik refraksi banyak digunakan untuk menentukan struktur bawah permukaan dengan kedalaman yang dangkal atau mendekati permukaan, struktur geologi dibawah permukaan bumi ini dapat diketahui dan diperkirakan berdasarkan dengan kecepatan yang ada. Ada beberapa metode interpretasi dasar yang digunakan dalam metode seismik refraksi. Dalam penelitian ini, pemodelan penampang struktur lapisan di bawah permukaan dilakukan dengan menggunakan metode Intercept Time. Daerah penelitian akuisisi seismik refraksi ini adalah Desa Gebang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Secara geologi di wilayah Kabupaten Pesawaran terdapat beberapa formasi yang berasal dari masa Tersier dan Kuarter. Serta menurut overlay dengan peta geologi daerah penelitian termasuk Formasi Sabu. Formasi ini terdiri dari jenis batuan perselingan antara breksi konglomerat dengan batupasir. Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui penampang bawah permukaan daerah penelitian berdasarkan kecepatan gelombang pada tiap lapisannya.
II. Peralatan dan Prosedur Akuisisi
a. Desain Akuisisi

b. Peralatan Akuisisi

c. Prosedur Akuisisi

Prosedur yang dilakukan saat melakukan akuisisi adalah sebagai berikut :
- Kita persiapkan alat yang dibutuhkan, kelengkapan dan keadaan alat.
- Menentukan lokasi tempat dilakukannya akuisisi.
- Setelah sampai dilokasi, siapkan tenda, terpal untuk alat dan alat-alat yang akan digunakan selama akuisisi berlangsung.
- Menentukan serta mengukur panjang lintasan menggunakan meteran.
- Membentangkan kabel RU.
- Membentangkan kabel geophone disetiap titik dengan jarak antar geophone sebesar 1 meter.
- Memasang RU disetiap titik geophone, kemudian kita jepitkan RU pada kabel RU.
- Menghubungkan kabel trigger dan geophone ke main unit, kabel trigger ke source, kabel RU pada main unit, main unit ke aki, pc/laptop ke main unit menggunakan kabel trigger, serta menghubungkan hammer pada data main unit menggunakan kabel trigger to hammer.
- Kemudian set up main unit.
- Pukul hammer plat menggunakan hammer.
- Gelombang akan terbaca pada software summit.
- Lakukan pemukulan dengan sumber yang berbeda, dari near offset, middle offset dan far offset dan lakukan perulangan hingga data yang didapatkan baik.
- Mencatat hasil yang terbaik dari pemukulan telah dilakukan serta simpan datanya dilaptop.
d. Pengolahan Data

Prosedur Pengolahan
a. Import data segy dari hasil akuisisi dilapangan,
b. Selanjutnya dilakukan picking gelombang first break pada tiap trace dari near dan far pada software Seira dengan membandingkan gelombang yang terlihat pada software Seisee.

c. Simpan hasil data picking dan input ke Ms.Excel, selanjutnya membuat kurva T – X dari hasil pick near, dan far. Lakukan perhitungan nilai kecepatan V1, V2, V3 dan kedalaman Z1,Z2,Z3 pada metode Intercept Time Method (ITM). Menghitung nilai kecepatan V1, V2 dan kedalaman Z1 pada metode Hagiwara, Generalized Reciprocal Method (GRM), serta Plus Minus.

d. Menyajikan data dari kecepatan tiap lapisan dan kedalaman untuk membuat model penampang bawah permukaan pada Ms.Excel.

e. Melakukan analisis dan interpretasi dari setiap metode, serta menghubungkan dengan survei kondisi regional.
III. Hasil dan Pembahasan
Berikut ini ditampilkan contoh hasil dan pembahasan dari lintasan pengukuran 3 menggunakan metode ITM



Sehingga litologinya dapat di definisikan sebagai berikut

Pada lintasan pertama yang ditujukkan oleh gambar 10, terdapat 3 lapisan batuan yang didiidentifikasi berdasarkan kecepatan gelombang tiap lapisan. Kecepatan gelombang lapisan pertama V1 538 m/s lapisan ini diklasifikasikan sebagai tanah (soil), V2 1578 m/s diklasifikasikan sebagai lempung (clay) dan V3 2428 m/s dikategorikan sebagai batu pasir (sandstone).

Pada lintasan kedua yang ditunjukkan oleh gambar 11 diidentifikasi adanya tiga lapisan berdasarkan perbedaan nilai kecepatan. Kecepatan gelombang lapisan pertama V1 784.1031 diklasifikasikan sebagai pasir dan kerikil, kecepatan lapisan V2 1667.430792 m/s diklasifikasikan sebagai lempung (clay) dan kecepatan lapisan ketiga V3 1963.795346 diklasifikasikan sebagai lempung (clay). Namun dikarenakan hasil nilai kecepatan lapisan ketiga yang didapat mendekati jenis batu pasir (sandstone), maka perlu adanya penelitian lanjutan untuk lebih mengetahui dengan pasti apakah lapisan tersebut masuk kedalam klasifikasi lempung atau masuk kedalam klasifikasi batuan pasir (sandstone).

Pada lintasan ketiga, dimana terdapat 3 lapisan batuan yang didiidentifikasi berdasarkan kecepatan gelombang tiap lapisan. Kecepatan gelombang lapisan pertama V1 391.9261 m/s diklasifikasikan sebagai tanah (soil) dan kecepatan lapisan V2 742.861 m/s diklasifikasikan sebagai lempung (clay) dan kecepatan lapisan ketiga V3 1826.221 klasifikasikan sebagai lempung (clay). Setelah mengidentifikasi kecepatan batuan dan dihasilkan jenis batuan tiap lapisan, selanjutnya dilakukan overlay antara peta desain akuisisi dengan peta geologi.
That’s all and thank you for the attention 😊 sampai bertemu kembali di postingan selanjutnya. See you, annyeonghi gyeseyo…..
Di masa pandemi ini yang BERKURANG cukup isi KANTONG L, isi kepala JANGAN sampai KOSONG. Isi hal-hal yang bermanfaat dengan membudidayakan membaca, rajin pangkal pandai, membaca pangkal kaya, kaya ilmu pastinya 😉
Divisi Penelitian dan Pengembangan
Departemen Keilmuan
Divisi Pusat Data
Departemen Media Komunikasi dan Informasi
BPH HMTG MAYAPADA 2020/2021