PENGOLAHAN METODE GAYA BERAT UNTUK MEMODELKAN PENAMPANG BAWAH PERMUKAAN DI KECAMATAN PADANG CERMIN

Hello SAHABAT Geophysics!!! Kembali lagi di postingan mimin lagi, setelah di postingan sebelumnya dibahas metode gayaberat secara umum, kali ini mimin akan memberikan penerapan dalam metode gayaberat yang akuisisi nya telah dilakukan di secara langsung di Kabupaten Pesawaran beberapa waktu lalu lho. Penasaran? Simak sampai habis yaa!

I. Pendahuluan

Provinsi Lampung memiliki potensi panasbumi di Indonesia karena dilalui oleh jalur gunungapi dari Sirkum Mediterania. Potensi panasbumi Way Ratai yang terletak di Provinsi Lampung merupakan salah satu potensi panasbumi yang belum dieksplorasi secara terpadu. Struktur yang berperan sebagai media fluida panas mengalir adalah sesar. Penelitian yang perlu dilakukan dalam pendugaan struktur sesar yakni menggunakan metode geofisika khususnya gayaberat. Berdasarkan hasil penelitian, metode gayaberat sangat tepat digunakan untuk pendugaan lokasi patahan karena metode ini mampu mendeteksi perbedaan kontras densitas tubuh batuan. Perbedaan kontras densitas batuan yang signifikan mengindikasikan bahwa zona tersebut adalah sesar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran densitas bawah permukaan pada daerah penelitian dengan melihat respons perbedaan densitas dan ekstensi lateral di bawah permukaan bumi dan menentukan keberadaan struktur yang memungkinkan pada lokasi penelitian.

II. Peralatann dan Prosedur Akuisisi
a. Desain Akuisisi

b. Peralatan Akuisisi

c. Prosedur Akuisisi

  1. Letakkan tripod pada Base
  2. Letakkan scintrex pada tripod, kemudian lakukan sentring
  3. Set scintrex sehingga akan menampilkan nilai Gobs secara 3 kali
  4. Kemudian lakukan pengukuran, catat nilai Gobs yang keluar sebanyak 3 kali.
  5. Catat koodinat, time, nilai altimeter dibase, serta keadaan geologi daerah sekitar
  6. Lakukan langkah diatas pada titik-titik pengukuran selanjutnya. Namun nilai alti meter ada yang dicatat disetiap titik pengukuran, dan ada juga yang dicatat dibase disetiap lima menit sampai pengukuran selesai

d. Pengolahan Data

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data Gayaberat adalah sebagai berikut:

  1.  Mengkonversi nilai baca alat dan koordinat menggunakan Ms. Excel
  2. Melakukan koreksi-koreksi data gaya berat
  3. Pembuatan peta anomali Bouguer dengan menggunakan software oasis montaj, yaitu dengan melakukan gridding nilai CBA yang telah didapatkan, menggunakan metode interpolasi kriging. Dan membuat peta kontur dari hasil gridding nilai CBA
  4. Pemisahan anomali Bouguer menjadi anomali Regional dan anomali Residual, sebagai berikut:
    1. Memotong/melakukan slicing pada peta CBA berdasarkan titik pengukuran menggunakan oasis montaj, dan diperoleh membuat spasi baru dan nilai CBA baru
    2. Melakukan analisis spektral dari hasil slicing peta.
    3. Melakukan transformasi fourier dan melakukan pemisahan regional dan residual menggunakan Ms. Excel. Kemudian akan didapatkan nilai window untuk regional.
    4. Plot peta regional dan residual dengan menggunakan oasis montaj , filter yang digunakan adalah lowpass filter yaitu moving average.
  5. Pemodelan 2D penampang bawah permukaan, dengan menggunakan software oasis montaj sebagai berikut:
    1. Data yang digunakan untuk melakukan pemodelan adalah hasil pemotongan peta residual.
    2. Dengan menggunakan modul gmsys.omn kemudian memasukkan parameter yang dibutuhkan.
    3. Melakukan pemodelan dengan cara trial dan error

Langkah pengolahan data disajikan dalam diagram allir berikut:

III. Hasil dan Pembahasan

Yang  menunjukkan sebaran anomali berkisar antara 159.5 sampai 184.2 mGal. Dapat diketahui pada peta CBA yang memiliki persebaran anomali rendah yaitu pada arah timur laut, hal ini berkaitan dengan keterdapatan batuan berdensitas rendah karena adanya formasi alluvium dengan anomali berkisar 160 mGal. Anomali sedang hingga tinggi berada di arah tenggara hingga barat menandakan daerah tersebut memiliki batuan berdensitas sedang hingga tinggi pula, dikarenakan daerah tersebut merupakan formasi batuan breksi hingga sekis yang umumnya kompak dan masif.

Untuk penentuan kedalaman anomali regional dan residual diperoleh dengan melakukan analisa sprektral untuk memperoleh nilai cutoff wavelenght. Untuk nilai kedalaman regional residual diperoleh dari nilai gradien dari grafik k dan Ln A pada gambar diatas,  dari hasil pemisahan anomali diperoleh nilai kedalaman residual rata rata 250 meter dan kedalaman regional rata-rata berkisar 3900 meter.

Berdasarkan peta anomali regional, nilai anomali pada daerah penelitian berkisar antara 161.1 sampai 174.9 mGal. Dengan daerah beranomali rendah berada di arah timur laut daerah penelitian dan semakin meninggi kearah barat.

Berdasarkan peta anomali residual terlihat bahwa nilai anomali pada daerah penelitian berkisar antara -4.3 mGal sampai 8.9 mgal. Anomali residual ini memperlihatkan adanya anomali positif dan anomali negatif dengan kerapatan serta pembelokan kontur yang tajam. Hal ini mengindikasikan adanya struktur-struktur sesar. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan adanya struktur patahan pada sekitar koordinat 105,21 ,-5,544.

Kontras tersebut dapat terlihat jelas khususnya pada peta SVD, yang mana peta ini dimunculkan untuk memunculkan efek dangkal dari pengaruh regionalnya yang digunakan untuk mendeteksi anomali yang disebabkan oleh struktur. Dapat dilihat pada daerah barat hingga hampir barat laut daerah penelitian menunjukkan identifikasi sesar dengan kontur 0 yang diapit oleh 2 kontras anomali

Dari hasil pemodelan 2D diperoleh terdapat 4 lapisan batuan, dimana diidentifikasikan bahwa lapisan kedua dan ketiga merupakan formasi tarahan (TPot). Lapisan pertama diidentifikasikan sebagai lapisan batupasir dengan densitas 1.7 g/cm3 yang diperkirakan berasal dari formasi alluvium. Untuk lapisan kedua yakni berupa lapisan  tuff dengan densitas 2 g/cm3 dan lapisan ketiga merupakan lapisan batuan breksi dengan densitas 2.1 g/cm3. Sedangkan untuk lapisan keempat yakni merupakan lapisan batuan Schist dimana merupakan jenis batuan metamorf dengan densitas 2.64 g/cm3. Lapisan ketiga ini merupakan kompleks Gunung Kasih Tak Terpisahkan. Pola sesar pada pemodelan ditandai dengan garis putus-putus berwarna merah. Struktur ini disebabkan oleh batuan metamorf yang menerobos batuan diatasnya sehingga menyebabkan adanya horst dan graben.

IV. Kesimpulan

Berdasarkan akuisisi dan pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan metode gayaberat diperoleh kesimpulan bahwa, dari peta CBA dapat diketahui persebaran densitas bawah permukaan pada daerah penelitian, yang mana anomali tinggi merepresentasikan densitas yang tinggi pula. Sehingga diketahui pada daerah penelitian anomali rendah disebabkan oleh adanya batu pasir dan pada daerah anomali sedang terdapat tuff dan breksi dan terdapat pula anomali tinggi karena terdapat batuan schist. Berdasarkan hasil permodelan dari peta anomali residual juga di dapat struktur sesar normal pada daerah penelitian.

That’s all and thank you for the attention 😊 sampai bertemu kembali di postingan selanjutnya. See you!!

Divisi Penelitian dan Pengembangan
Departemen Keilmuan
Divisi Pusat Data
Departemen Media, Komunikasi dan Informasi
BPH HMTG Mayapada 2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *