PENGOLAHAN METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN DI KECAMATAN PADANG CERMIN

Hello!!! Kembali lagi nih di postingan geofisika bareng kita, setelah di postingan sebelumnya kita membahas metode geolistrik secara umum, kali ini kita bakal memberikan penerapan dalam metode geolistrik yang akuisisi nya telah dilakukan di Kabupaten Pesawaran beberapa waktu lalu lho.
Penasaran? Simak sampai habis yaa!

I. Pendahuluan

Kecamatan Padang Cermin menunjukan berbagai singkapan batuan marmer dan metamorf lainnya di permukaan. Batu metamorf ini dapat tersingkap dikarenakan adanya sesar yang membawa batuan ini ke permukaan. Untuk itu, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai litologi dan struktur dari Kecamatan Padang Cermin. Salah satunya dengan Metode Geolistrik yang dapat digunakan untuk mencari batuan dengan sifat resistivitas tertentu. Selain batuan, metode geolistrik juga dapat digunakan untuk mencari air tanah. Perbedaan sifat restivitas antara berbagai batuan akan menggambarkan litologi daerah tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi litologi pada daerah Kecamatan Padang Cermin.

II. Peralatan dan Prosedur Akuisisi

a. Desain Akuisisi

Gambar 1. Peta Desain Akuisisi Lokasi 1 Model 1D

b. Peralatan Survei

c. Prosedur Survei

Berikut ini merupakan prosedur survei/akuisisi data geolistrik 1D  yaitu :

  1. Persiapkan seluruh perlatan yang akan digunakan dalam pengukuran metode geolistrik 1D
  2. Menentukan titik pengukuran geolistrik dan catat data koordinat dan elevasi titik tersebut.
  3. Bentangkan meteran sepanjang 250 meter.
  4. Bentangkan kabel sesuai dengan panjang lintasan yang telah ditentukan.
  5. Pasang elektroda arus dengan kabel dengan menggunakan konfigurasi schlumberger. Gunakan palu untuk menancapkan elektroda kedalam tanah
  6. Hubungkan elektroda arus dengan kabel dan konektor ke C1 dan C2 pada alat resistimeter.
  7. Hubungkan elektroda potensial dengan kabel dan konektor ke P1 dan P2 pada alat resistimeter.
  8. Hubungkan jack INPUT (+) dan (-) pada resistivitimeter baterai dengan kabel konektor. Kemudian perhatikan jarum pada indikator Batt hingga menunjuk ke bagian merah dikanan yang menunjukkan bahwa baterai dalam keadaan penuh (tegangan memadai). Jadi tidak perlu untuk diisi atau dicharge hingga penuh, sebelum digunakan.
  9. Tombol OFF akan menjadi ON dengan memutar power ke kanan, maka resistivitimeter sudah dinyalakan. Kemudian perhatikan jarum pada indikator current loop hingga menunjuk ke bagian merah di kanan yang menunjukkan bahwa kontak elektroda arus dengan bumi dan resistivitimeter sudah cukup memadai.
  10. Untuk ke angka yang dikehendaki putar tombol OUTPUT dari angka 0. Injeksi arus yang dihasilkan akan semakin besar apabila angka yang dipilih juga main besar (1-6).
  11. Pada bagian Compensator Coarse diputar, kemudian pilih Fine perhatikan hingga display tegangan V (Autorange) menunjuk angka nol atau mendekati nol.
  12. Lalu injeksikan arus ke bumi dengan menekan tombol START kemudian tahan hingga pada display arus I (mA) menunjukkan angka yang stabil.
  13. Kemudian tombol HOLD ditekan dan baca nilai arus yang tertera pada display arus I (mA) serta nilai tegangan/potensial yang tertera pada display tegangan V (Autorange) sebagai data pengukuran.
  14. Untuk lebih meyakinkan data hasil pengukuran maka lakukanlah pengukuran beberapa kali. Kemudian catat semua hasil pengukuran dalam tabel hasil pengukuran, termasuk jarak spasi elektroda (A, N).
  15. Lalu pindahkan posisi elektroda ke posisi pengukuran berikutnya. Lakukanlah prosedur pengukuran yang sama seperti langkah 1-14 untuk memperoleh data dengan posisi elektroda yang berbeda.
  16. Lakukanlah hal yang sama hingga seluruh data diperoleh sesuai rencana  pengukuran.

III. Pengolahan data

Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk pengolahan metode geolistrik 1D yaitu :

  1. Setelah mendapatkan data di lapangan, hitung nilai rho rata-rata pada excel.
  2. Buka software IPI2WIN → klik File → pilih New VES Point
  3. Input nilai AB/2, MN, dan ro_a
  4. Klik Save Txt → klik Ok:
  5. Pada MN, pilih Avr → Ok.
  6. Lakukan setting pada kurva agar mendapatkan data yang sesuai dan screenshoot hasil.
  7. Ulangi step 2-7 untuk setiap data titik sounding.
  8. Buka software IPI2WIN → klik File → pilih file yang sudah di kerjakan tadi. Lalu klik File → pilih file yang sama. Lalu akan muncul tabel seperti berikut :
  9. Masukkan nama file lalu save. Dan klik OK
  10. Setelah itu lakukan proses interpretasi jenis litologi batuannya dengan menggunakan software Surfer

Berikut ini merupakan diagram alir metode geolistrik 1D :

Gambar 2. Diagram Alir Metode Geolistrik 1D

IV. Hasil dan Pembahasan

Setelah pengukuran resisitivitas dengan metode VES (Vertical Electrical Sounding) di Desa Way Ratai. Berdasarkan hasil pengoahan data yang telah dilakukan diperoleh hasil inversi 1D yang menunjukkan variasi resisitivitas, ketebalan dan kedalaman lapisan batuan. Adapun tabel rentang nilai resisitivitas berdasarkan hasil inversi untuk menentukan jenis litologi batuan pada daerah penelitian  dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel Jangkauan Resistivitas Daerah Penelitian

Nilai ResistivitasLitologi
0 – 10 ΩmLempung
10 – 30 ΩmLempung Berpasir
30 – 100 ΩmBatu Pasir
100 – 300 ΩmTuffan
>300 ΩmBasalt

Berdasarkan tabel diatas identifikasi lapisannya terdapat batuan pasir, lempung, tuff dan basalt. Resistivitas lapisan batuan berkisar antara 11 – 665 Ωm. Nilai resistivitas dibagi menjadi 5 klasifikasi yaitu nilai 0 – 10 Ωm merupakan batuan yang diinterpretasi sebagai batu lempung, 10 – 30 Ωm merupakan batuan yang diinterpretasi sebagai batu  lempung dengan sisipan pasir, 30 – 100 Ωm merupakan batuan yang diinterpretasi sebagai batu pasir, 100 – 300 Ωm merupakan batuan yang diinterpretasi sebagai batu tuff, dan >300 Ωm merupakan batuan yang diidentifikasi sebagai basalt.
Adapun hasil interpretasi jenis batuan berdasarkan rentang nilai resisitivitas pada daerah penelitian  dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel Interpretasi Litologi Bawah Permukaan Daerah Penelitian

Gambar 3 merupakan penampang resitivitas cross section antara TSD-9 dan TSD-10 yang berlokasi didaerah Way Ratai. Pada lokasi penelitian di daerah Way Ratai termasuk dalam formasi Menanga. Pada formasi Menanga disusun oleh batuan pasir, lempung, tuff dan basalt. Pada TSD-9 dan TSD-10 adanya korelasi kemiripan dari litologi batuan penyusunnya yaitu pada lapisan pertama TSD-9 yaitu top soil terdapat batuan lempung dengan sisipan pasir namun pada TSD-10 tidak ada kemenerusan, terdapat batuan tuff kompak. Pada lapisan kedua TSD-9 yaitu batu pasir, pada lapisan kedua TSD-10 yaitu batu pasir. Dapat dilihat bahwa adanya kemenerusan pada lapisan kedua TSD-9 dan TSD-10 yaitu terdapat pada kedalaman 4.75-12.3 pada TSD-9 dan 10.5-83.9 pada TSD-10. Pada lapisan ketiga TSD-9  terdapat batuan lempung dengan sisipan pasir sementara pada TSD-10 tidak ada kemenerusan. Pada lapisan keempat TSD-9 terdapat batuan basalt pada kedalaman 21.4-∞ dengan adanya kemenerusan pada TSD-10 pada kedalaman 83.9-∞

Gambar 4. Model Litologi dan Korelasi Sounding Daerah Penelitian

V. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

  1. Litologi batuan daerah penelitian 2 didominasi oleh batuan pasir, lempung, tuff dan basalt.
  2. Ketebalan lapisan tiap litologi begitu beragam. Hal ini menandakan adanya kontrol struktur geologi dalam litologi batuan.

That’s all and thank you for the attention 😊 sampai bertemu kembali di postingan selanjutnya. See you!!

Divisi Penelitian dan Pengembangan
Departemen Keilmuan
Divisi Pusat Data
Departemen Media, Informasi dan Komunikasi
BPH HMTG Mayapada 2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *