ANALISIS MIKROTREMOR DENGAN METODE HVSR UNTUK MENGETAHUI INDEKS KERENTANAN SEISMIK DI KECAMATAN SEDAYU, KABUPATEN BANTUL DAN KABUPATEN KULONPROGO

Hello!!! Kembali lagi nih di postingan geofisika bareng kita, setelah di postingan sebelumnya kita membahas metode seismik pasif secara umum, khususnya mikrotremor, kali ini kita bakal memberikan penerapan analisis mikrotremor menggunakan metode HVSR di Kabupaten Kulonprogo dan Bantul menggunakan data sekunder dari Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta lho.

Penasaran? Simak sampai habis yaa!

I. Pendahuluan

Pada tahun 2006 terjadi gempabumi cukup besar dengan magnitude 5,9 berpusat di Bantul yang mengakibatkan korban lebih dari 5000 jiwa, ribuan rumah rusak dan kerusakan infrastruktur lain Kulonprogo merupakan salah satu kabupaten di wilayah DIY yang terdampak gempa tersebut. Maka perlu dilakukannya survei mikrotremor untuk mengetahui kerentanan seismik pada daerah tersebut sebagai salah satu upaya mitigasi yang dinilai dapat memprediksi kerusakan-kerusakan akibat gempa bumi sehingga diharapkan resiko akibat gempa bumi dapat dihindari atau di kurangi.

II. Peralatan dan Prosedur Akuisisi

a. Desain Akuisisi

b. Peralatan Survei

Data mikrotremor yang digunakan bersumber dari Stasiun Geofisika Klas 1 Sleman. Pengambilan data mikrotremor ini meliputi 9 titik ukur yang berada di wilayah Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulonprogo yang menghasilkan data rekaman mikrotremor dalam interval waktu antara 30 menit berupa komponen vertikal (up-down), komponen horizontal Utara-Selatan (North-South) dan komponen horizontal Timur-Barat (East-West) dari sinyal mikrotremor. Kemudian selanjutnya dilakukan pengolahan menggunakan software geopsy, Microsoft Excel , QGIS, dan Surfer 13. Dan juga menggunakan data VS30 yang diperoleh dari USGS, serta peta geologi dalam penentuan formasi dan karakter tanah atau batuannya.

c. Pengolahan Data

1) Pengolahan Kurva H/V

  • Melakukan pengolahan data menggunakan data rekaman mikrotremor 3 komponen, dengan menginputkan dan menampilkannya pada software geopsy.
  • Melakukan windowing dengan cara memilih ikon H/V kemudian pilih lebar window, lebar window yang digunakan pada pengolahan kali ini adalah 30 hingga 40 dan dan klik select kemudian auto untuk melakukan windowing secara otomatis, remove untuk menghapus window yang teridentifikasi sebagai noise
  • Setelah melakukan penghapusan pada noise maka klik start untuk menampilkan kurva H/V, dan arahkan kursor pada kurva untuk melihat nilai f0 dan A0 dari kurva.
  • Kemudian dilakukan pengolahan menggunakan Microsoft Excel untuk menghitung T0, Kg, dan ketebalan sedimen. Dimana ketebalan sedimen dihitung menggunakan data Vs30 yang diperoleh dari USGS

2) Pemetaan Persebaran Parameter

  • Pembuatan peta persebaran parameter ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
  • Pembuatan grid kontur setiap parameter pada software Surfer 13 dengan cara memasukkan titik koordinat pengukuran dan nilai parameter di setiap titik yang telah diolah sebelumnya menggunakan Microsoft Excel, kemudian dilakukan gridding dengan metode interpolasi krigging dan diwarnai dengan jenis warna geology.
  • Pembuatan basemap di software QGIS dengan data administrasi kecamatan dari Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulonprogo.
  • Data grid kontur setiap titik pengukuran di-overlay dengan peta administrasi pada software Surfer 13, kemudian beri keterangan pada peta persebaran setiap parameter dan dilakukan layout pada masing-masing peta.

Berikut ini merupakan diagram alir pengolahan data :

d. Hasil dan Pembahasan

Frekuensi Dominan

Dari 9 titik hasil pengukuran dan pengolahan data yang tersebar di beberapa kecamatan meliputi Sedayu, Galur, Lendah, Sentolo, dan Samigaluh, diperoleh nilai frekuensi dominan dalam rentang antara 1.14344 Hz – 9.00376 Hz. Dari gambar diketahui bahwa frekuensi dominan sedang hingga tinggi berada pada zona warna kuning hingga merah meliputi Kecamatan Sedayu dan Kecamatan Samigaluh dan frekuensi dominan rendah berada pada zona warna biru meliputi Kecamatan Galur dan Kecamatan Lendah serta sebagian Kecamatan Sentolo.

Faktor Amplifikasi

Ketebalan Sedimen

Indeks Kerentanan Seismik

Indeks Keretanan Seismik pada daerah penelitian berada dalam rentang 1,31 – 23,83 tersebar dari Kecamatan Samigaluh dan cenderung meninggi ke arah Selatan hingga Tenggara daerah penelitian. Daerah yang memiliki indeks kerentanan yang rendah hingga sedang ditunjukkan oleh area berwarna biru hingga kuning dengan rentang 1,31 – 6  meliputi Kecamatan Galur, Sentolo bagian barat dan Sedayu. Dan indeks kerentanan tertinggi bernilai 23,83 di tunjukkan oleh warna merah berada di Kecamatan Lendah. Hal ini berkaitan dengan kondisi geologi Kecamatan Lendah didominasi oleh batuan endapan aluvial dengan ketebalan sedimen yang tergolong tebal dan berkaitan pula dengan nilai frekuensi dominan yang rendah dengan amplifikasi tinggi. Sehingga pada daerah ini rentan terkena guncangan dan ketika terjadi suatu gempa maka akan mengakibatkan kerusakan yang cukup parah.

III. Kesimpulan

  1. Nilai frekuensi dominan di Kecamatan Sedayu dan Kabupaten Kulonprogo berada dalam rentang antara 1.14344 Hz – 9.00376 Hz, dan faktor amplifikasi berkisar 1,36 hingga 9,15.
  2. Indeks Keretanan Seismik pada daerah penelitian berada dalam rentang 1,31 – 23,83 tersebar dari Kecamatan Samigaluh dan cenderung meninggi ke arah Selatan hingga Tenggara daerah penelitian.
  3. Daerah penelitian memiliki ketebalan sedimen diperkirakan antara 6.5 m hingga 86 m.

That’s all and thank you for the attention 😊. See you next time!!

Divisi Penelitian dan Pengembangan
Departemen Keilmuan
Divisi Pusat Data
Departemen Media, Informasi dan Komunikasi
BPH HMTG Mayapada 2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *